Wednesday, November 28, 2012

Jokowi Walk Out Bahas Megaproyek MRT

Sederet Keanehan Megaproyek MRT
Mimpi Jakarta memiliki moda transportasi massal yang modern masih terkatung-katung. Kajian yang dilakukan selama beberapa tahun pada angkutan massal berbasis rel (mass rapid transit/MRT) seperti tak membawa hasil apa pun.

Dalam rapat yang dihadiri semua elemen pada Rabu (28/11/2012) sore tadi, sejumlah keanehan mengemuka, misalnya dalam hal tender proyek. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyampaikan bahwa proses tender baru dilakukan untuk jalur dari Al-Azhar Jakarta Selatan sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI). Dalam tender itu disepakati pembangunan MRT menggunakan konsep subway.

"Baru itu yang ditenderkan, sisanya belum. Itu pun kami belum yakin, apakah warga mau punya terowongan dari Al-Azhar sampai HI," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (28/11/2012) sore.

Belum lagi hasil kajian yang masih simpang siur. Saat ini banyak hasil kajian dari proyek MRT yang beredar, tetapi begitu masih diragukan keabsahannya. Basuki mengaku khawatir kajian yang beredar hanya analisis cetek sehingga ia meminta Kementerian Perhubungan, Bappenas, dan PT MRT Jakarta untuk segera memberikan hasil kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Simpang siurnya data mengenai kajian MRT akhirnya berbuntut panjang karena timbul pertanyaan besar apakah MRT lebih baik dibangun dengan konsep subway atau elevated (jalan layang). Di lain sisi, PT MRT Jakarta sangat terkesan tidak transparan karena beberapa hasil kajian tidak pernah disampaikan secara utuh.

Berkali-kali menggelar rapat membahas MRT, baru hari ini PT MRT Jakarta mengeluarkan data mengenai pendapatan yang diperoleh dari berjalannya proyek MRT (return of investment).

"Jangan-jangan cuma kajian dari studi yang belum disetujui. Maka, kami minta yang resmi dan akan kami publikasikan. Kalau belum ada kajian amdalnya, berarti semua ini hanya omong kosong," ujar Basuki.

Masalah sumber pendanaan juga tak luput dari sorotan. Di tengah berjalannya rapat, pemerhati transportasi Darmaningtyas meminta pemerintah daerah (Jakarta) dan pemerintah pusat membeberkan secara jelas dan transparan mengapa menerima tawaran pinjaman dari sebuah perusahaan asal Jepang. Karena dalam perhitungannya, proyek MRT dapat berjalan tanpa harus terikat dengan dana utang.

"Logika saja, kalau setiap tahun harus mengeluarkan Rp 3 triliun, saya kira Jakarta bisa. Menerima tawaran pinjaman seperti menawarkan diri kita untuk kembali dijajah," ujar Tyas.

Megaproyek mengenai MRT ini memang telah mengemuka jauh sebelum kepemimpinan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Bahkan, Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang transportasi Sutanto Suhodo sempat mengatakan kajian mengenai MRT telah dilakukan sejak tahun 1980-an.

Untuk mengegolkan megaproyek ini, tak kurang dari Rp 15 triliun harus disiapkan, dengan panjang jalur sekitar 15 kilometer yang melintas dari Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI).http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/28/18425431/Sederet.Keanehan.Megaproyek.MRT?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=100%20Hari%20Jokowi-Basuki

Jokowi Pening Dengar Pemaparan PT MRT

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo walk out sebelum pembahasan megaproyek transportasi massal berbasis rel (mass rapid transit/MRT) selesai. Padahal, rencananya Jokowi akan memutuskan kelanjutan nasib proyek MRT pada pertemuan terbuka yang digelar hari ini. "Saya pening. Lha gimana coba, kamu lihat kayak begitu. Coba kamu dengerin kayak gitu gimana, gimana coba kalau kamu jadi saya," kata Jokowi di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (28/11/2012).

Walk out-nya Jokowi itu pun karena Jokowi ingin menyambangi warga Cilincing, Jakarta Utara. "Ini yang di Cilincing dicegat sama warga di tol. Saya mau ke sana lagi. Ngerampungin yang di sana dulu," kata Jokowi.

Jokowi pun masih belum mengerti kapan pertemuannya dengan PT MRT Jakarta akan digelar kembali. Jokowi mengatakan, ia akan menjernihkan pikirannya dahulu karena megaproyek itu adalah proyek jangka panjang. "Iya, butuh waktu untuk dikaji lagi, tetapi benar daripada cepat-cepat malah keliru," kata Jokowi.

Terkait penundaan keputusannya hari ini, Jokowi pun mengatakan masih belum puas terkait pemaparan dari pihak PT MRT Jakarta. "Ya, saya yakin hari ini bisa diputuskan. Akan tetapi, ternyata masih kayak gitu dengerin sendiri to. Perencanaan itu sebenarnya sudah memenangi 60 persen dari sebuah proses kegiatan. Lha kalau perencanaan belum ada sebuah kepastian, bagaimana saya mau membuat keputusan," kata Jokowi.

Tak Putuskan Nasib MRT, Jokowi Pilih Temui Warga

Saat menyaksikan rapat pembahasan megaproyek Mass Rapid Transit (MRT), Joko Widodo tidak berkomentar sedikit pun. Malah setelah dua jam rapat berlangsung, Gubernur DKI Jakarta itu meninggalkan lokasi pertemuan. Lagi-lagi Jokowi meninggalkan pembahasan MRT di saat Direktur Utama PT MRT Jakarta Tribudi Rahardjo sedang memberi pemaparan. Hal ini kerap terjadi di saat Pemprov DKI sedang mendengarkan pemaparan PT MRT.

Terlihat ajudan Jokowi mengikutinya dari belakang. "Nanti dulu, saya mau shalat dulu," kata Jokowi, di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (28/11/2012). Jam memang sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Jokowi hendak shalat Ashar. Namun setelah itu, Jokowi tidak kembali ke tempat pertemuan.

Beberapa saat kemudian, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama memberitahukan informasi bahwa Jokowi meminta izin menemui masyarakat Cilincing yang berdemo memblokir jalan karena digusur. "Pak Gubernur mohon diri, dia mau pamit karena telah ditunggu masyarakat di Cilincing," kata Basuki. Akhirnya, pertemuan yang membahas nasib MRT ke depannya tetap tanpa hasil. Jokowi pun belum memutuskan apakah megaproyek MRT akan dilanjutkan atau tidak.

No comments:

Post a Comment

Recent Post