
"DAYA BELI TURUN...???"
Saya koq ragu, daya beli turun. Kajian yg kami lakukan pada dataran Mikro, menunjukkan uang sdg berpindah (Shifting), dari "Klgn Menengah ke Atas", ke Ekonomi Rakyat. Dan para Elit skrg sdg sulit, krn Peran mrk sbg "Middleman" pudar akibat Disrutive Innovation, lalu mrk teriakkan "Daya Beli Turun..!"
Saya cek di 3 titik :
1. JNE. Ini adalah jaringan Logistik, yg Market Share-nya sdh di atas PT Pos & Nama Perusahaannya disbt oleh semua 'Bisnis Online'. Di JNE saya dpt data, bhw Pegawainya ditambah trs utk Melayani "Pengambilan & Pengiriman" Logistik. Penambahan SDM dlm bbrp bulan terakhir mencapai 500 org.
Tak banyak org yg tahu, bhw "Konsumen & Pdg Beras" di Kalimantan, kini lbh banyak beli Beras & Minyak Grg via "Tokopedia", dari Surabaya, Lombok, Makasar dll. Juga tak banyak yg tahu, bhw Angkutan Kargo Udara dari Solo, naik pesat utk Pengiriman Garmen barang² Kerajinan. Juga dari Kota² lainnya. Artinya : Usaha² kecil & Kerakyatan mulai diuntungkan.
2. Retailer. "Aprindo" melaporkan, Penjualan yg dicapai aggtanya semester 1 sales drop 20%. Ini mulai mengikuti pola Angkutan Taksi, yg sdh turun sekitar 30-40% tahun lalu. Apakah karena Daya Beli..?? BUKAN..!! Penyebabnya adalah "Shifting ke Taxi Online..!!" Sama halnya Retail & Hotel, yg beralih dari "Konvensional" ke "Online".
Artinya : bukan Daya beli yg drop, bukan juga krn 'Keinginan Membeli' yg turun, tetapi terjadi "Shifting."
3. Produsen Besar FMCG. Hampir semua yg kami temui mengakui, 'Omset' mereka naik 30-40%. Mulai dari 'Tepung Terigu' kami cek ke Bogasari, hingga Obat²an (Consumer Health) kami cek ke Kalbe. "Demand"nya msh naik pesat. Tapi Produsen spt 'Gulaku', mengaku drop, krn Kebijakan HET yg dikontrol pemerintah.
Lalu, Siapa yg pendapatannya turun & mengapa turun..??
"Jawabnya": yg turun adalah 'Grosir² Besar' yg biasa Membayar kpd 'Produsen' mundur 45 hari-3 bulan. Diantaranya adalah "Supermarket² besar", yg biasa "Ngerjain" UMKM dgn Menunda Pembayaran. Kini dgn munculnya "Dunia Online", maka Supermarket Besar kekurangan Pasokan. Produsen besar juga menahan stoknya, lebih mengutamakan "Membuka Jalur Distribusi" baru.
Berkat "Tol laut", kini para Agen Penyalur FMCG yg berada di Lombok, NTT, Maluku, Sulawesi dll, bisa mendapat barang lgsg dari Produsen tanpa melalui "Middleman" di JKT, Bandung, Surabaya dll.
Kini penerimaan para Middleman besar di P. Jawa itu kehilangan Pasar. Demikian juga Supermarket² besar, yg terbiasa Menjual kpd para Agen di masa lalu. Kini mrk juga dibatasi, krn para Produsen mulai menata Jaringan Distribusinya, berkat "Infrastruktur" yg bagus & Kedatangan Kapal yg lebih rutin (kebijakan Tol Laut).
Itulah yg mereka keluhkan dgn "Daya Beli Turun". In fact.. Pasar bergeser & Pemerataan tengah terjadi, walau blm sampai ke bawah sekali (kelompok Prasejahtera). Namun "Kekayaan" Kelompok Mapan di P. Jawa (khususnya para Middleman) tengah tergerus.
Semoga kita bisa sedikit lbh jernih melihat, bhw Pembangunan Infrastruktur & Tol Laut ini, menimbulkan dampak Shifting yg besar & dlm Jangka panjang, mudah²an baik bagi Pemerataan. Tinggal "Tax Policy" utk menangani "The Plutocrats" (kalangan Superkaya) yg jumlahnya sedikit, tapi Menguasai banyak...
Salam...
(By. Rhenaldi Kasali)
No comments:
Post a Comment