Sengatan matahari yang ada di puncaknya tak mampu menggerus keinginan ribuan warga DKI Jakarta untuk menyaksikan langsung sosok gubernurnya yang baru dilantik, Joko Widodo dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama. Orang dewasa, laki-laki dan perempuan, sampai anak-anak berbaur jadi lautan manusia di depan gedung DPRD DKI. Banyak di antara mereka yang terpaksa duduk di atas aspal. Bagian lainnya tampak mengakali panas dengan menutupi kepala menggunakan handuk, atau mengibas-ngibaskan sobekan kardus di area wajahnya. Panas memang, butiran keringat pun bercucuran. Berjam-jam mereka menunggu sang gubernur yang mengusung semangat 'Jakarta Baru' selama masa kampanye. Lapar dan haus itu soal lain.
Pedagang asongan yang menjual telur puyuh atau tahu mendadak jadi idola. Air kemasan gelas plastik juga mendadak jadi barang langka. Selalu diserbu begitu ada simpatisan yang membaginya secara gratis. Purwanto (52), mengajak serta istri dan seorang cucunya yang baru berusia lima bulan di tengah kerumunan, persis di depan panggung di mana Jokowi-Basuki menyampaikan pidato pertamanya pada seluruh warga DKI. Meski akhirnya warga Pademangan, Jakarta Utara ini terpaksa menyerah, menjauh dari kerumunan setelah cucunya tak henti menangis karena kepanasan. Di sudut lainnya, duduk seorang ibu rumah tangga, Yati (38), dengan kaki setengah berselonjor, dan tangannya sibuk mengamankan air dalam kemasan gelas yang sisa setengah. Maklum, suasana di luar semakin sulit dikendalikan menjelang keluarnya sang gubernur.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya yang dinanti tiba. Jokowi-Basuki dengan pakaian dinas gubernur muncul di atas panggung yang tingginya mencapai sekitar tiga meter. Puluhan fotografer sontak dibuat sibuk, sama halnya dengan para wartawan yang mencari sumber suara demi merekam pidato perdana Jokowi. Seperti arena konser sebuah grup band terkenal, suara warga membahana. Persis seperti fans yang mengelu-elukan idolanya. Dengan senyum khasnya, Jokowi memulai pidato dengan tersenyum lebar. Bersama Basuki, ia menyempatkan melambaikan tangan seraya mengucap terima kasih pada warga yang mendukung dan setia menunggunya.
Beberapa kali pasangan gubernur itu membungkukkan tubuhnya, mirip solois yang selesai melantunkan hits andalan di depan ribuan penggemarnya. Sudah lama tak menyaksikan situasi semacam ini, di mana rakyat sangat mengidolakan pemimpinnya. Tak berlangsung lama, Jokowi langsung meraih sebuah mikropon yang telah disediakan. Setiap kalimat yang meluncur dari bibirnya disambut seruan antusias. Ia berjanji akan terus mengunjungi kampung-kampung setiap harinya, dan meminta semua warga mengawal kinerjanya selama memimpin Jakarta.
Magnet Jokowi memang terasa hingga ke lapisan bawah. Tak terkecuali Hermawan (44), seorang warga yang tinggal di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan. Hermawan menarik perhatian banyak orang karena fisiknya yang tidak sempurna. Dengan menyeret kursi rodanya, ia rela datang ke acara pelantikan sejak Senin (15/10) pagi untuk melihat langsung Jokowi yang ia banggakan. Bagi Hermawan, Jokowi adalah harapan. Ia menginginkan perubahan segera tercipta di Jakarta. Orang yang mengaku sebagai pendukung Partai Demokrat ini rindu melihat Jakarta yang ramah terhadap rakyat kecil. Duduk di kursi roda membuatnya tidak bisa melihat Jokowi secara langsung. Pandangannya terhalang oleh kerumunan orang yang berdesak-desakan. Beruntung, saat di atas panggung sang gubernur berbicara singkat sambil menyapa para pendukungnya yang telah berada di luar pagar DPRD sejak Senin pagi.
Perlahan, ribuan warga pun balik arah. Meninggalkan lokasi seperti tak terjadi apa-apa. Usai sudah acara pelantikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Gedung DPRD DKI Jakarta. Simpatisan Jokowi-Basuki yang memenuhi pelataran gedung DPRD pun mulai membubarkan diri. Para pendukung Jokowi-Basuki merasa sudah puas setelah Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru diangkat itu langsung menemui mereka. Mereka pun menuruti ucapan Jokowi, yang meminta mereka membubarkan diri. Setelah itu, Jokwoi dan Basuki pun menuruni panggung, masuk ke Gedung DPRD DKI. Adapun ratusan simpatisan dan pendukung yang kebanyakan memakai kemeja kotak-kotak itu pun mulai pergi meninggalkan Jalan Kebon Sirih. Ada yang menggunakan motor dan berboncengan ataupun dengan mobil. Bahkan, becak dan delman yang tadi juga tampak pun telah meninggalkan Jalan Kebon Sirih. Beberapa mobil jenis pikap tampak membawa beberapa ibu dan anak-anaknya. Mereka semua hendak pulang ke rumah masing-masing. Meski begitu, tak sedikit pula para simpatisan dan pendukung Jokowi-Ahok yang masih bertahan, belum beranjak pulang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment