Latest News

Saturday, August 18, 2018

Heboh dan Dramatis, Presiden Jokowi Buka Asian Games 2018 Naik Sepeda Motor


.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri acara pembukaan Asian Games 2018. Kedatangan Jokowi di lokasi acara Asian Games di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Sabtu (18/8/2018) malam digambarkan berlangsung secara dramatis.
.
Kehadiran RI-1 ini diawali ketika Jokowi melangkah keluar dari Istana Bogor diikuti oleh para Paspampres. Dia kemudian menaiki mobil RI-1 dan menuju SUGBK.
.
Dia sempat melewati jembatan Semanggi, Jakarta dan terjebak macet. Tak kehabisan akal, sosok yang digambarkan sebagai Jokowi itu turun dari mobil dan menggunakan sepeda motor milik Paspampres.
.
Motor yang ditungganginya bahkan melompati mobil-mobil untuk menembus kemacetan. Dia juga melewati jalanan yang sempit.
.
Paspampres lalu menyusul dan sempat terhenti di depan sekolah. Jokowi pun turun dari motornya untuk memberi jalan kepada rombongan anak sekolah yang akan menyeberang. Seorang pelajar sempat terperangah ketika menyaksikan Jokowi membuka kaca helmnya.
.
Lepas dari kemacetan, Jokowi kemudian kembali dikawal oleh rombongan Paspampres yang menaiki sepeda motor. Diceritakan, Jokowi tiba di SUGBK tepat ketika acara pembukaan akan segera dilangsungkan. Jokowi pun langsung masuk ke stadion masih dengan tunggangannya.
.
Diperlihatkan pula, sosok yang digambarkan sebagai Jokowi kemudian memarkir motornya dan kemudian masuk lift dengan pengawalan Paspampres menuju panggung upacara. Tepat ketika pintu lift terbuka, sosok asli Jokowi pun muncul di panggung utama dan mendapat sambutan meriah.
.
Jokowi langsung disambut Ketua Inasgoic Erick Thohir, Wapres Jusuf Kalla, Menpora Imam Nahrawi, serta Menko PMK Puan Maharani.

Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/3622313/heboh-dan-dramatis-jokowi-buka-asian-games-2018-naik-sepeda-motor
Video: https://twitter.com/netmediatama/status/1030789427436564480

MANUSIA LANGKA PADA ZAMAN-NYA



Saya geli sendiri kalau ada yang mengejek Bahasa Inggris Pak Jokowi. Mereka yang mengejek itu kayak apa kalau ngomong English ya? 

Ceritanya, tahun 1997, saya magang sebagai reporter di sebuah surat kabar baru di Solo. Jurnalis-jurnalis pada masa itu rata-rata baru mengenal internet, mulai akrab sama Yahoo. Tapi seorang narasumber bikin kami ndlongop karena dia sudah terbiasa menggunakan internet. Bahkan saat kami datang mau wawancara, kadang dia lagi asyik chatting dengan buyernya di Eropa. Pakai bahasa apa menurut Anda? Bahasa prokem, atau bahasa alay seperti biasa digunakan untuk ejek-ejekan di medsos seperti sekarang?  Tentu saja pakai English. Dia yang sampeyan ejek setiap waktu termasuk gaya ngomong Inggrisnya, 1997 sudah menggunakan bahasa itu untuk menghasilkan ribuan dolar. Di setiap acara kunjungan dari luar negeri, saat menjabat walikota, dia juga pidato dengan bahasa Inggris.

Pak Jokowi waktu itu dan sekarang adalah orang yang sama. Dulu kalau datang ke kantornya, baik Asmindo atau Rakabu (pabrik mebelnya) kadang wartawan atau siapapun akan tertipu. Dia adalah Ketua Asmindo, juga bos/pemilih usaha mebel yang diekspor ke berbagai penjuru dunia. Namun dia tidak petentang-petenteng dan bicara dalam nada tinggi seperti gaya orang kaya baru. 

Dia berpakaian wajar, sama dengan yg dikenakan tukang-tukang. Tak jarang dia juga terjun langsung membantu tukang di pabrik miliknya. Ketika takdir mengantarnya ke kursi Walikota Solo, dia masih orang yg sama. Orang yg rendah hati dan tak pernah mau terlihat paling menonjol. Tiap Jumat adalah agenda rutin naik sepeda bersama para jajaran kepala dinas dan kepala kantor. Rutinitas yg dinamai dengan "mider praja" (belakangan dikenal sebagai "blusukan") ini untuk melihat langsung kondisi masyarakat di kampung-kampung, sekaligus memantau pembangunan yang berjalan. 

Solo pun berubah 180%. Dari kota yang kumuh menjadi tertata. Dari yang semrawut menjadi rapi. Solo menjadi berseri kembali. Itu pula yang mengantar Pak Jokowi menjabat Walikota untuk kedua kalinya, dengan perolehan suara di atas 90%.

Gibran, sang anak yang pulang dari studi di luar negeri mendirikan usaha katering. Namun satu pesan Pak Jokowi, Chili Pari Catering tidak boleh mengambil order di lingkungan Pemkot Surakarta, tempat bapaknya bekerja. Ini untuk menghindarkan dari KKN, mendorong clean governance. Gibran mesti pontang-panting cari orderan di luar. Saya masih ingat, staf marketing Gibran, mbak Mony, pernah menemui saya-- saat itu menjabat manajer lembaga pelatihan jurnalistik. Dia tahu  saya biasa menggelar acara-acara dengan melibatkan jasa katering.  Dia datang menawarkan kerja sama. 

Aturan untuk Gibran itu rupanya tetap berlaku saat Pak Jokowi jadi Guburnur DKI dan Presiden RI. Hal kecil ini tentu menjadi indikator dari sekian banyak indikator lain yang menunjukkan betapa hati-hatinya seorang Jokowi mengelola negeri ini. Jokowi membuat anak-anak jauh dari dunia politik. Tak juga memberi mereka kemudahan dengan memanfaatkan kekuasaan yg dimiliki. Gak ada proyek jalan tol atau mobnas buat Gibran dan adik-adiknya. Mereka dibiarkan berkembang  dengan usahanya masing-masing agar tak ada konflik kepentingan.

Sampai sekarang Jokowi tetap orang yang sama. Kalau pulang ke Solo dia makan di warung Soto Triwindu dan Ayam Mbah Karto, dan membiarkan orang yang makan di sana tetap di tempatnya. Saat mampir warung soto yang lejen itu kemarin, saya mendapat cerita dari pemilik warung bahwa staf Presiden baru memberitahu rombongan  akan mampir, beberapa menit sebelumnya. Hingga tak ada waktu menyeting lokasi dan menyediakan menu istimewa, apalagi mengosongkan warung. Semuanya dibiarkan apa adanya.

Memilih Jokowi adalah memilih orang yang merakyat, bersih dan bekerja nyata. Lebih dari itu memilih Jokowi adalah memilih orang baik.

Niken Satyawati
(copy & paste dari 'tembok' mbak Indra Harbani, berjudul asli: MEMILIH ORANG BAIK)

"DAYA BELI TURUN...???"


"DAYA BELI TURUN...???"
Saya koq ragu, daya beli turun. Kajian yg kami lakukan pada dataran Mikro, menunjukkan uang sdg berpindah (Shifting), dari "Klgn Menengah ke Atas", ke Ekonomi Rakyat. Dan para Elit skrg sdg sulit, krn Peran mrk sbg "Middleman" pudar akibat Disrutive Innovation, lalu mrk teriakkan "Daya Beli Turun..!"

Saya cek di 3 titik :
1. JNE. Ini adalah jaringan Logistik, yg Market Share-nya sdh di atas PT Pos & Nama Perusahaannya disbt oleh semua 'Bisnis Online'. Di JNE saya dpt data, bhw Pegawainya ditambah trs utk Melayani "Pengambilan & Pengiriman" Logistik. Penambahan SDM dlm bbrp bulan terakhir mencapai 500 org.

Tak banyak org yg tahu, bhw "Konsumen & Pdg Beras" di Kalimantan, kini lbh banyak beli Beras & Minyak Grg via "Tokopedia", dari Surabaya, Lombok, Makasar dll. Juga tak banyak yg tahu, bhw Angkutan Kargo Udara dari Solo, naik pesat utk Pengiriman Garmen barang² Kerajinan. Juga dari Kota² lainnya. Artinya : Usaha² kecil & Kerakyatan mulai diuntungkan.

2. Retailer. "Aprindo" melaporkan, Penjualan yg dicapai aggtanya semester 1 sales drop 20%. Ini mulai mengikuti pola Angkutan Taksi, yg sdh turun sekitar 30-40% tahun lalu. Apakah karena Daya Beli..?? BUKAN..!! Penyebabnya adalah "Shifting ke Taxi Online..!!" Sama halnya Retail & Hotel, yg beralih dari "Konvensional" ke "Online".
Artinya : bukan Daya beli yg drop, bukan juga krn 'Keinginan Membeli' yg turun, tetapi terjadi "Shifting."

3. Produsen Besar FMCG. Hampir semua yg kami temui mengakui, 'Omset' mereka naik 30-40%. Mulai dari 'Tepung Terigu' kami cek ke Bogasari, hingga Obat²an (Consumer Health) kami cek ke Kalbe. "Demand"nya msh naik pesat. Tapi Produsen spt 'Gulaku', mengaku drop, krn Kebijakan HET yg dikontrol pemerintah.

Lalu, Siapa yg pendapatannya turun & mengapa turun..??
"Jawabnya": yg turun adalah 'Grosir² Besar' yg biasa Membayar kpd 'Produsen' mundur 45 hari-3 bulan. Diantaranya adalah "Supermarket² besar", yg biasa "Ngerjain" UMKM dgn Menunda Pembayaran. Kini dgn munculnya "Dunia Online", maka Supermarket Besar kekurangan Pasokan. Produsen besar juga menahan stoknya, lebih mengutamakan "Membuka Jalur Distribusi" baru.
Berkat "Tol laut", kini para Agen Penyalur FMCG yg berada di Lombok, NTT, Maluku, Sulawesi dll, bisa mendapat barang lgsg dari Produsen tanpa melalui "Middleman" di JKT, Bandung, Surabaya dll.

Kini penerimaan para Middleman besar di P. Jawa itu kehilangan Pasar. Demikian juga Supermarket² besar, yg terbiasa Menjual kpd para Agen di masa lalu. Kini mrk juga dibatasi, krn para Produsen mulai menata Jaringan Distribusinya, berkat "Infrastruktur" yg bagus & Kedatangan Kapal yg lebih rutin (kebijakan Tol Laut). 
Itulah yg mereka keluhkan dgn "Daya Beli Turun". In fact.. Pasar bergeser & Pemerataan tengah terjadi, walau blm sampai ke bawah sekali (kelompok Prasejahtera). Namun "Kekayaan" Kelompok Mapan di P. Jawa (khususnya para Middleman) tengah tergerus.

Semoga kita bisa sedikit lbh jernih melihat, bhw Pembangunan Infrastruktur & Tol Laut ini, menimbulkan dampak Shifting yg besar & dlm Jangka panjang, mudah²an baik bagi Pemerataan. Tinggal "Tax Policy" utk menangani "The Plutocrats" (kalangan Superkaya) yg jumlahnya sedikit, tapi Menguasai banyak...

Salam...
(By. Rhenaldi Kasali)

Saya sungguh kagum dengan kecerdasan pak Jokowi dan atau tim nya



Luar biasa sekali prolog pembukaan Asian Games sebagai pengantar kemunculan pak Jokowi di Senayan.

Sangat sarat  dengan pesan2 yang menggambarkan kepribadian pak Jokowi yang benar2 luar biasa sekali. Semoga dunia dan lawan2 politik pak Jokowi menangkap secara terang benderang pesan tersembunyi yang di sampaikan secara cerdas.

Diawali dengan keluarnya rombongan Presiden di Istana Bogor dengan pengawalan berlapis-lapis dan melintasi jalan toll tanpa hambatan.  MAKNA: Beliau adalah orang yang berpengaruh atau berkuasa.  

Lalu ketika rombongan Presiden memasuki kota Jakarta rombongan tersendat karena ada demonstrasi yang menutupi  jalan. Namun Pak Jokowi mengatakan kepada pengawalnya 'biarkan tidak apa-apa'  MAKNA: pak Jokowi menghargai hak dan kebebasan untuk menyampaikan pendapat / perbedaan.

Lantas pak Jokowi keluar dari mobil ke Presidenan tanpa mengkhawatirkan keamanan dirinya. MAKNA: Pak Jokowi tidak takut menghadapi demonstrator atau lawan2 politiknya. Beliau  tahu apa yang harus di lakukan.

Selanjutnya pak Jokowi mengendarai motor sendiri dengan memakai helm. MAKNA  Jokowi tahu aturan dan mematuhi aturan.

Sesaat sebelum mengendarai motornya pak Jokowi menggerungkan motor dan rodanya  nampak berputar cepat di tempat.   MAKNA: pak Jokowi juga bisa garang!  

Kemudian pak Jokowi melaju kencang melompati rintangan yg di pasang para demonstrator dengan mudah sekali  tanpa hambatan karena mendarat dengan baik. MAKNA: Pak Jokowi bisa mengatasi permasalahan secara cerdas, tidak terduga dan tanpa rasa takut. Beliau berani mengambil tindakan akrobatik untuk keluar dari persoalan.

Selanjutnya Jokowi mengendarai motornya seorang diri tanpa pengawalan sama sekali. Beliau melintasi gang gang di pemukiman sederhana. MAKNA: Jokowi tahu betul jalan untuk mencapai tujuannya dan Jokowi tidak bisa dihentikan oleh demonstrasi atau hambatan.  Juga menegaskan bahwa pak Jokowi juga suka blusukan dan tahu jalanw tikus untuk keluar dari persoalan.

Selanjutnya Pak Jokowi kembali ke jalan raya dan pengawalnya merapat untuk mengawal di belakang, bukan di depan.  MAKNA: Beliau yang memimpin dalam upaya keluar dari kesulitan.  Saat menghadapi masalah pak Jokowi berani berdiri di baris terdepan,  bukannya  berlindung di balik pengawalnya.

Lalu ada scene dimana Pak Jokowi menghentikan motor yg di kendarainya untuk memberi kesempatan sekelompok anak anak kecil menyeberang jalan. MAKNA: Beliau memperhatikan, melindungi dan mengutamakan anak-anak yang adalah generasi penerus. Juga bahwa pak Jokowi mau merendahkan diri tidak selalu minta di dahulukan.

Saya sungguh kagum dengan kecerdasan pak Jokowi dan atau tim nya dalam menyampaikan pesan kepada dunia tentang karakter pak Jokowi.

Ketika Via Valen menyanyikan lagu theme song nya pak Jokowi juga nampak ikut 'terbawa semangat' dengan menggoyang-hoyangkan kedua tangannya. MAKNA: Pak Jokowi tidak  jaga image  tapi berani tampil apa adanya. 


Jakarta, 18 Agustus, 2018
DS Komala,
A very proud Indonesian.
http://pembelakejujuran.blogspot.com/2018/08/saya-sungguh-kagum-dengan-kecerdasan.html

Pembangunan Infrastruktur Jokowi Di Indonesia

Sepanjang tahun 2015-2019, pemerintah membangun, melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan sejumlah bandara di seluruh Tanah Air. Dari Bandara Ahmad Yani di Semarang, Kertajati di Majalengka, Ranai di Natuna, dan lain-lain.
Bandara-bandara itu kini lebih luas, lebih megah, lebih nyaman, dan tentu saja lebih membanggakan.
Sebagaimana jalan dan pelabuhan, pembangunan dan pengembangan bandara-bandara ini penting mengingat negara kita sungguh besar dalam arti sebenar-benarnya. Ujung timur ke ujung barat Indonesia berjarak sembilan jam penerbangan, berpulau-pulau dan bergunung-gunung.

Thursday, June 28, 2018

Buta yang terburuk adalah buta politik




SETIAP WARGA HARUS MELEK POLITIK

Nasehat Pericles mungkin jadi akan terasa getir, “Hanya karena Anda tidak meng ambil minat dalam politik, tidak berarti politik tidak akan mengambil minat pada Anda,…"

Dan dalam praksis politik, tidak penting beda antara tidak berfikir, diam saja, atau pura-pura tak mendengar, berlagak netral dan sok filosofis. Dalam konsep one man one vote, ketidakhadiran adalah nihil.

Maka mereka yang mendiamkan, adalah mempercayai, atau setidaknya meloloskan politikus buruk lewat di depan hidung, Dan itu menyedihkan.

Dan setelahnya mereka terkejut, mereka berkuasa, tanpa persetujuan kita, dan mereka akan menentukan masa depan atau hajat hidup kita?.

Disitulah kita percaya omongan getir Will Rogers, Pelawak Politik. Bahwa politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang.

Biaya itulah yang kemudian kita tanggung, sebagai rakyat. Kita akan terkena imbasnya, bahkan sampai pada anak-cucu...jika buruk pemimpin yg kita pilih maka 5 tahun lamanya penderitaan yg kita alami sampai menunggu pemilihan pemimpin berikutnya

Celakanya, “Salah satu hukuman karena menolak untuk berpartisipasi dalam politik," kata Plato, "adalah bahwa Anda berakhir diperintah oleh bawahan Anda.” Siapa bawahan Anda? Yaitu orang-orang yg tidak memiliki kompetensi dan tidak memiliki integritas.

Berthold Brecht (1898 – 1956), seorang penyair Jerman, yang juga dramawan, sutradara teater nasehatnya penting kita renungkan; 

"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri."

Sunday, May 20, 2018

Deklarasi Dukung Ahok, "Relawan Cinta Ahok" Lawan Kampanye SARA


Deklarasi Dukung Ahok, "Relawan Cinta Ahok" Lawan Kampanye SARA



Ratusan massa pendukung Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sejak pagi memenuhi pelataran Taman Pandang Istana jl. Medan Merdeka Jakarta Pusat. Mereka terdiri dari berbagai elemen yang tergabung dalam organisasi "Relawan Cinta Ahok" mendeklarasikan diri untuk mendukung kembali Ahok maju dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017.

Ketua Umum Relawan Cinta Ahok, Todora Radisic, ketika diwawancara wartawan The Indonesian Post mengatakan deklarasi tersebut semata-mata bertujuan menyatukan tekad untuk memilih pemimpin yang bersih, transparan, profesional, dan berdedikasi untuk kemaslahatan masyarakat DKI Jakarta.

"Kami ingin mewadahi masyarakat yang mendukung Ahok untuk kembali terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta," ujar Todora Radisic di Taman Pandang, Jakarta Pusat, Sabtu, (17/09/2016)

Lebih lanjut Todora menuturkan, Relawan Cinta Ahok secara tegas sangat menolak segala bentuk kampanye yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Menurut dia, hal itu hanya akan memecah belah persatuan warga Jakarta. "Kami relawan anti-SARA, kami akan lawan yang SARA dengan kerja," paparnya.

Bukan itu saja, Todora mengungkapkan, melalui deklarasi tersebut, Relawan Cinta Ahok juga berkomitmen turut serta membangun dan menyukseskan program pemerintah DKI Jakarta demi kemaslahatan warga DKI Jakarta.

"Kami melihat kebijakan yang dibangun Ahok sudah terbukti dan bisa dirasakan kita bersama, kami ingin ikut melanjutkannya," tegasnyanya. Karena itu Todora berharap pilkada DKI 2017 bukan hanya sebagai ajang berebut jabatan, tapi juga melahirkan pemimpin terbaik yang menjadikan Jakarta lebih maju.

Dalam deklarasi tersebut Ada 16 kelompok yang tergabung dalam Relawan Cinta Ahok, yakni Barisan Independen Ahok, Forum Rakyat Jakarta Bersatu, Ikatan Pemuda Kapuk, Ikatan Pers Anti Rasuah, Indo Amerika for Ahok, Korsa Jakarta, dan Diaspora Flobamora.

Selain itu ada pula elemen lain seperti Forum Kawanua Jakarta for Ahok, Soksi Jakarta, Rumah Ahok Kepulauan Seribu, A Team fot Ahok, Ahokers, IKA NTT, Relawan Koboi, Forum Peduli Kebersihan Dukung Ahok, serta Ikatan RT RW Jakarta Baru. Semuanya membulatkan tekad untuk memenangkan Ahok di pilgub DKI Februari 2017 mendatang.


(mb/indo)

Budiman Sudjatmiko: Bukan Soeharto, Tapi Presiden Paling Berhasil adalah Jokowi. ini Datanya...


Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengatakan, survei Indobarometer secara tidak langsung menunjukkan bahwa Joko Widodo adalah presiden yang paling berhasil memimpin Indonesia.

Diketahui, survei Indo Barometer yang dirilis Minggu (20/5/2018) menyebutkan, 32,9 persen responden memilih Soeharto sebagai presiden yang paling berhasil. Urutan kedua dan ketiga diikuti Soekarno yang dipilih 21,3 persen responden dan Joko Widodo dipilih 17,8 responden.

Adapun, posisi keempat dan kelima ditempati oleh Susilo Bambang Yudhoyono (dipilih 11,6 persen responden) dan BJ Habibie (dipilih 3,5 persen responden). Pencapaian keberhasilan Soeharto, Soekarno dengan Jokowi, lanjut Budiman, tidak bisa dibandingkan. Sebab, periode kepemimpinan ketiga presiden itu berbeda jauh. Soeharto berkuasa selama 32 tahun dan Ir Soekarno menjadi presiden selama 22 tahun.


Sementara Jokowi yang kini belum menyelesaikan satu masa periode kepemimpinannya (sekitar 4 tahun) saja sudah berada pada posisi ketiga. Dengan demikian, menurut Budiman, boleh dibilang bahwa mayoritas responden memilih Jokowi sebagai presiden yang paling berhasil. "Artinya di sini, Pak Jokowi mendapatkan posisi bagus, Jokowi lebih tinggi (dibandingkan dengan presiden pasca-reformasi)," ujar Budiman kepada wartawan ketika dijumpai di bilangan Senayan, Jakarta, Minggu (20/5/2018).

Budiman menambahkan, hal itu disebabkan oleh Jokowi yang berhasil memecahkan opini publik mengenai pembangunan yang masif. "Dulu ada anggapan, pembangunan bisa berhasil kalau pemerintahannya sentralistik atau otoriter, semua bisa jalan. Nah, Pak Jokowi bisa membuktikan bahwa pembangunan bisa berjalan, bahkan merata di era pemerintahan yang demokratis," ujar Budiman. Menurut Budiman, memang sulit melaksanakan pembangunan yang masif apabila kekuasaan tidak sentralistik. Ini berkaitan dengan banyak hal, salah satu yang paling menentukan adalah politik anggaran.

Apalagi, di era sekarang, situasi otonomi daerah sudah berkembang pesat di mana wewenang pemerintah pusat tidak lagi semutlak era Orde Baru. Namun nyatanya Jokowi mampu menembus batas-batas itu dan melaksanakan pembangunan secara merata. "Jauh lebih susah loh membangun di pemerintahan demokratis ketimbang membangun di era sentralistis. Karena dulu ada faktor stabilitas yang lebih terjamin.

Nah, sekarang kan dinamis. Gubernur, bupati, wali kota saja bisa berbeda partai politik dengan presiden," ujar Budiman. "Di sinilah mungkin Pak Jokowi mendapat posisi yang bagus, karena dia bisa memadukan dua hal yang dikira banyak orang mustahil digabungkan, yaitu kebebasan dan pembangunan infrastruktur," lanjut dia.


https://nasional.kompas.com/read/2018/05/20/17050481/budiman-sudjatmiko-presiden-paling-berhasil-adalah-jokowi-bukan-soeharto.
Penulis : Fabian Januarius Kuwado
Editor : Farid Assifa

Recent Post