Raja dangdut Rhoma Irama terus berupaya mengokohkan dirinya untuk maju memperebutkan kursi presiden dalam Pemilihan Presiden 2014.
Bahkan, ia tidak peduli dengan popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi yang dalam berbagai survei selalu ditempatkan sebagai tokoh paling populer menjadi calon presiden (capres).
Rhoma merasa tidak tersaingi karena, menurutnya, baik PDI-Perjuangan maupun Jokowi sendiri belum mendeklarasikan diri untuk maju sebagai RI-1.
"Beliau kan belum resmi jadi capres. Berbeda dengan saya yang memang sudah punya komitmen dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)," kata Rhoma, ketika dihubungi wartawan, di Jakarta, Sabtu (3/8/2013).
Rhoma mengatakan, ia bersama PKB belum memutuskan siapa yang akan mendampinginya untuk menjadi calon wakil presiden Indonesia. Pasalnya, menurut dia, PKB harus dapat memenangi 20 persen kursi legislatif di DPR dahulu baru bisa mencalonkan presiden.
Setelah itu, baru Rhoma bersama kader PKB lainnya memikirkan untuk memilih tokoh mana yang paling pantas mendampingi Rhoma memimpin Indonesia.
ketika ditanya, apakah Rhoma berminat untuk menjadikan Jokowi sebagai cawapresnya, ia mengaku belum memikirkan. "Saya belum sampai tahap ke situ," kata Rhoma.
Pelantun lagu "Begadang" itu disebut-sebut akan diusung sebagai capres dari PKB pada Pilpres 2014.
Walaupun belum ada pernyataan resmi dari PKB, tetapi sudah ada beberapa isyarat yang menandakan Rhoma mantap maju sebagai capres, seperti maraknya spanduk yang bergambar dirinya sedang menunggangi kuda dan bertuliskan "Partainya Kstaria Bergitar" sempat muncul di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.
Ia juga pernah bersosialisasi ke Kota Bandung melalui Safari Ramadhan Peringatan Nuzulul Quran PKB, yang ditengarai sebagai salah satu upaya sosialisasinya sebagai capres kepada masyarakat. Kompas
Sunday, August 4, 2013
Andai Saja Banyak Pemimpin Seperti Jokowi
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo selalu merajai hasil survei terkait calon presiden pada Pemilu 2014. Di tengah tingkat elektabilitas Jokowi yang kian melesat ini, muncul sejumlah isu yang mempertanyakan apakah Joko Widodo (Jokowi) merupakan kader PDI Perjuangan. Sebab karir Jokowi sangat cepat dari menjabat sebagai Walikota Solo lalu memimpin Ibukota.
Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait menegaskan Jokowi bukanlah kader yang muncul tiba-tiba. Jokowi sudah sejak lama terlibat dalam proses kaderisasi partai dan bukan tanpa alasan dimajukan dalam Pilkada Solo hingga dua periode. Kini Jokowi menjabat di struktur PDI Perjuangan Jawa Tengah. "Jokowi itu kader murni PDI Perjuangan," kata Sabam dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Minggu (4/8/2013).
Jokowi, lanjut Sabam, pun akhirnya ditugaskan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati, untuk memperbaiki kondisi Ibukota. Menurut Sabam, hal itu juga bukan tanpa alasan. Selama memimpin Solo, Jokowi berhasil menata kota budaya itu dengan baik, dan di saat yang sama Jokowi menampilkan figur yang bersih, jujur dan merakyat.
"Bila saja ada setengahnya kepala daerah seperti Jokowi di Indonesia, maka Indonesia akan maju dan akan mengalahkan kemajuan Malasyia, Singapura dan Thailand," puji Sabam, yang merupakan deklarator sekaligus juga ideolog PDI Perjuangan.
Setelah terpilih menjadi Gubernur Jakarta, Sabam melihat langkah-langkah perubahan yang dijalankan Jokowi terlihat sukses. Namun, ia mengakui adanya beberapa perubahan yang membutuhkan proses dan jangka panjang. Tetapi, secara umum Jokowi sudah membuat garis kebijakan yang jelas, dan itu bisa dikatakan sudah berhasil.
Demikian penegasan Sabam menjawab asumsi kekaderan Jokowi di partai berlambang banteng moncong ini. Sabam juga menegaskan bahwa hubungan Jokowi dengan Megawati sangat baik sekali. Hubungan ini adalah hubungan ideologi partai, hubungan struktural antara kader dan pimpinan, serta hubungan yang sama-sama berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.
"Jadi, tidak ada masalah antara Mega dengan Jokowi. Mereka baik-baik saja, terutama menanggapi pembicaraan-pembicaraan soal pilpres," ungkap Sabam, yang merupakan mantan Sekjen PDI, sebelum berubah jadi PDI Perjuangan.
Karena hubungan Megawati dengan Jokowi sangat bagus, lanjut Sabam, maka persepsi akar rumput PDI Perjuangan di berbagai daerah terhadap sosok Jokowi juga sangat positif. Akar rumput di bawah menilai Jokowi adalah sosok kader yang sangat potensial dan menjadi aset bangsa.
Soal wacana capres atau cawapres, Sabam mengatakan bahwa Pilpres masih jauh dan masih lama. Karena itu sosok yang mengajak Megawati dan almarhum Taufiq Kiemas untuk bergabung di PDI ini juga menyarankan kepada semua kader untuk sabar dalan menanggapi wacana ini. Semua kader akan lebih baik bekerja keras dengan posisi masing-masing.
"Jokowi bekerja keras untuk memperbaiki Jakarta, Ganjar bekerja keras untuk memperbaiki Jateng, semua kader PDI Perjuangan yang menjabat di eksekutif dan di legislatif di semua tingkatan dan daerah juga bekerja keras. Semua kerja keras sehingga rakyat menilai. Soal capres dan cawapres biarkan berjalan alami saja," tuturnya. tribunnews
Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait menegaskan Jokowi bukanlah kader yang muncul tiba-tiba. Jokowi sudah sejak lama terlibat dalam proses kaderisasi partai dan bukan tanpa alasan dimajukan dalam Pilkada Solo hingga dua periode. Kini Jokowi menjabat di struktur PDI Perjuangan Jawa Tengah. "Jokowi itu kader murni PDI Perjuangan," kata Sabam dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Minggu (4/8/2013).
Jokowi, lanjut Sabam, pun akhirnya ditugaskan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati, untuk memperbaiki kondisi Ibukota. Menurut Sabam, hal itu juga bukan tanpa alasan. Selama memimpin Solo, Jokowi berhasil menata kota budaya itu dengan baik, dan di saat yang sama Jokowi menampilkan figur yang bersih, jujur dan merakyat.
"Bila saja ada setengahnya kepala daerah seperti Jokowi di Indonesia, maka Indonesia akan maju dan akan mengalahkan kemajuan Malasyia, Singapura dan Thailand," puji Sabam, yang merupakan deklarator sekaligus juga ideolog PDI Perjuangan.
Setelah terpilih menjadi Gubernur Jakarta, Sabam melihat langkah-langkah perubahan yang dijalankan Jokowi terlihat sukses. Namun, ia mengakui adanya beberapa perubahan yang membutuhkan proses dan jangka panjang. Tetapi, secara umum Jokowi sudah membuat garis kebijakan yang jelas, dan itu bisa dikatakan sudah berhasil.
Demikian penegasan Sabam menjawab asumsi kekaderan Jokowi di partai berlambang banteng moncong ini. Sabam juga menegaskan bahwa hubungan Jokowi dengan Megawati sangat baik sekali. Hubungan ini adalah hubungan ideologi partai, hubungan struktural antara kader dan pimpinan, serta hubungan yang sama-sama berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.
"Jadi, tidak ada masalah antara Mega dengan Jokowi. Mereka baik-baik saja, terutama menanggapi pembicaraan-pembicaraan soal pilpres," ungkap Sabam, yang merupakan mantan Sekjen PDI, sebelum berubah jadi PDI Perjuangan.
Karena hubungan Megawati dengan Jokowi sangat bagus, lanjut Sabam, maka persepsi akar rumput PDI Perjuangan di berbagai daerah terhadap sosok Jokowi juga sangat positif. Akar rumput di bawah menilai Jokowi adalah sosok kader yang sangat potensial dan menjadi aset bangsa.
Soal wacana capres atau cawapres, Sabam mengatakan bahwa Pilpres masih jauh dan masih lama. Karena itu sosok yang mengajak Megawati dan almarhum Taufiq Kiemas untuk bergabung di PDI ini juga menyarankan kepada semua kader untuk sabar dalan menanggapi wacana ini. Semua kader akan lebih baik bekerja keras dengan posisi masing-masing.
"Jokowi bekerja keras untuk memperbaiki Jakarta, Ganjar bekerja keras untuk memperbaiki Jateng, semua kader PDI Perjuangan yang menjabat di eksekutif dan di legislatif di semua tingkatan dan daerah juga bekerja keras. Semua kerja keras sehingga rakyat menilai. Soal capres dan cawapres biarkan berjalan alami saja," tuturnya. tribunnews
Thursday, August 1, 2013
Jokowi Akan Pulangkan Warga Tanpa Razia
Gubernur DKI Joko Widodo berjanji akan memulangkan warga pendatang yang tak memiliki kemampuan dan pekerjaan tetap seusai Lebaran 1434 Hijriah. Pemulangan itu bukan dengan Operasi Yustisi Kependudukan (OYK). "Mereka (warga pendatang) diberi tahu dulu, nanti di RT/RW yang melakukan itu. Orang ke Jakarta tanpa bekal pasti dipulangkan," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Kamis (1/8/2013) sore.
Jokowi mengatakan, RT dan RW akan mendapat sosialisasi terlebih dahulu mengenai metode yang tepat untuk menemukan warga pendatang yang tak memiliki pekerjaan tetap atau keterampilan kerja. Jokowi memastikan bahwa penjaringan kaum urban itu tidak dilakukan dengan razia atau inspeksi mendadak. "Enggak dioperasi. Kan kalau (tahun) kemarin dioperasi, ini enggak," katanya.
Jokowi mengakui masih belum memiliki jurus jitu untuk menanggulangi pendatang seusai Lebaran. Pasalnya, operasi yustisi dianggapnya tidak efektif dan hanya bersifat sementara dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan kampanye terhadap masyarakat agar tak membawa sanak saudaranya ke Jakarta.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sejak 2003, pendatang baru ke Jakarta seusai Lebaran terus menurun. Pada 2003, jumlah pendatang mencapai 204.830 orang. Pada 2004, jumlahnya turun menjadi 190.356 orang dan merosot lagi menjadi 180.767 orang pada tahun berikutnya.
Pada 2006, jumlah kaum urban setelah Lebaran melorot lagi menjadi 124.427 orang, lalu 109.617 orang, dan 88.473 orang pada tahun-tahun selanjutnya. Jumlahnya kembali menurun pada 2009, yakni 69.554 orang dan merosot lagi menjadi sekitar 60.000 pada 2010. Pada 2011, jumlah pendatang baru hanya 51.875 orang. - Kompas
Jokowi mengatakan, RT dan RW akan mendapat sosialisasi terlebih dahulu mengenai metode yang tepat untuk menemukan warga pendatang yang tak memiliki pekerjaan tetap atau keterampilan kerja. Jokowi memastikan bahwa penjaringan kaum urban itu tidak dilakukan dengan razia atau inspeksi mendadak. "Enggak dioperasi. Kan kalau (tahun) kemarin dioperasi, ini enggak," katanya.
Jokowi mengakui masih belum memiliki jurus jitu untuk menanggulangi pendatang seusai Lebaran. Pasalnya, operasi yustisi dianggapnya tidak efektif dan hanya bersifat sementara dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan kampanye terhadap masyarakat agar tak membawa sanak saudaranya ke Jakarta.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sejak 2003, pendatang baru ke Jakarta seusai Lebaran terus menurun. Pada 2003, jumlah pendatang mencapai 204.830 orang. Pada 2004, jumlahnya turun menjadi 190.356 orang dan merosot lagi menjadi 180.767 orang pada tahun berikutnya.
Pada 2006, jumlah kaum urban setelah Lebaran melorot lagi menjadi 124.427 orang, lalu 109.617 orang, dan 88.473 orang pada tahun-tahun selanjutnya. Jumlahnya kembali menurun pada 2009, yakni 69.554 orang dan merosot lagi menjadi sekitar 60.000 pada 2010. Pada 2011, jumlah pendatang baru hanya 51.875 orang. - Kompas